Selasa, 11 Juni 2013

APA SIH SALAHNYA MENJADI SILENT READERS???

Bagi pecinta blog atau pembaca blog pasti tahu arti dari SR. Yup SR tu kepanjangannya adalah Silent Readers. Silent Readers merupakan pembaca blog yang hanya membaca postingan di blog saja, namun tidak berkomentar atau meninggalkan komen. Nah, permasalahannya sekarang adalah dosakah menjadi Silent Readers atau SR?

Selama ini tidak ada undang-undang yang mewajibkan para pembaca untuk bekomentar setelah membaca postingan di blog. Berkomentar atau tidak bukankah itu adalah hak para pembaca? tidak ada kan yang mewajibkan untuk selalu memberi komen? Ya kalau lagi pengen komen. Kalau ga? Malah nanti jadinya ga enak kan komennya. Tapi herannya banyak blogger yang sering marah dan membenci para SR. Sekarang kalau ditanya, sebenarnya para bloger itu menulis tujuannya buat apa? Untuk share atau hanya untuk mendapat komen supaya blog nya laris? Suka heran kalau lagi baca blog yang ada tulisannya, "tolong setelah membaca ini komen ya, jangan diam saja.". Aneh kan? Masa komen dipaksa-paksa. Suka-suka pembaca dong. Kalau ga mau dibaca tapi ga dikomen ya jangan nulis kalau gitu. Nikmati aja sendiri tulisannya, ga usah di share. Kalau yang namanya tulisan udah di publish tu ya artinya semua orang berhak baca. Terserah si pembaca mau komen atau ga. Jadi ya jangan marah kalau tulisanya banyak yang baca tapi ga ada yang komen. Bukannya tujuan ngepublish tulisan tu buat dibaca orang? Bukan buat dikomen.

Pernah baca tulisan blog yang isinya marah-marah dan memaki para SR gara-gara tulisannya ga ada yang komen. Lucu ga sih? Memang, mungkin salah satu tujuan komen adalah menghargai tulisan atau karya. Tapi no komen bukan berarti ga menghargai. Kan banyak juga orang yang lebih suka memilih diam dan tidak banyak omong. Padahal mungkin orang itu setia mengikuti tulisan di blog itu meskipun ga pernah berkomentar. Buktinya ga semua blogger bersikap seperti itu. Ada juga blog yang pengunjungnya sudah ratusan ribu, namun semua postingannya jarang ada yang komen. Tapi dia tidak marah. Itu karena tujuan dia menulis adalah untuk berbagi. Dengan banyaknya pembaca blognya saja dia sudah senang. Hal itu berarti banyak yang menyukai tulisannya meskipun ga berkomentar. Jadi para blogger, jangan memandang sebelah mata para SR ya. Komentar di sebuah tulisan bukanlah segalanya. Malah komentar di blog sering memancing provokasi dan berakhir pada perselisihan dan permusuhan. Kadang juga men-judge sesuatu yang seharusnya bukan urusan kalian sehingga menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Kan lucu juga ga kenal,tapi gara-gara komen di blog jadinya berantem dan terkenal di dunia maya. Kalian ga mau kan jadi kayak gitu?

Kesimpulannya, Silent Readers bukan berarti tidak menghargai sebuah karya. Mereka hanya membaca sesuatu yang disajikan untuk dibaca. Para blogger menyajikan, maka para pembaca ya menikmati. Berbahagialah jika tulisan kita banyak dibaca orang, meskipun tanpa komen, itu berarti tulisan kita disukai dan bermanfaat bagi mereka. Bukankah orang yang berbagi itu tidak mengharap untuk kembali? Jadi jangan kotori niat awal kita untuk berbagi dengan menuntut kembali (komen). Kalau memang butuh pendapat untuk memperbaiki tulisan, ya jangan bergantung dari komen pembaca, tanyalah pada yang lebih ahli di bidangnya. Itu akan lebih baik bukan?

Selasa, 04 Juni 2013

KERANGKA

Belum tahu bakal nyampe mana cerita ini, atau berawal dari mana. Awalnya sudah ada. masih bingung mau bikin berapa bagian dan bagaimana endingnya. Masih bingung juga mau di bawa ke mana lanjutan part satu nya. Ada dua pilihan. Tapi masih ragu yang mana yang akan dipilih sebagai jalan cerita.

Inti ceritanya adalah kisah seorang dokter muda, tampan dan sukses, jatuh cinta pada seorang gadis detailer yang bekerja dengannya. Gadis itu tidak istimewa, karena kesederhanaan gadis itu yang membuat sang dokter (Rafael) tergila-gila padanya (Rafela). Sayang, hati gadis itu sudah terlanjur beku karena pahitnya kehidupan yang dilaluinya. Sederhana. Gadis itu memiliki keluarga yang menyayanginya. Namun, semua impian dan harapannya justru berbalik arah dan yang dia dapatkan adalah kebalikan dari mimpi dan harapannya. Itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Setiap memiliki harapan, betapapun kerasnya dia berusaha, nasib baik tidak pernah berpihak padanya. Sampai akhirnya dia berhenti berharap dan pasrah menerima nasib. Baginya jauh lebih baik tidak memiliki harapan dari pada harus merasakan sakit setiap harapan itu membantingnya ke dasar bumi. Semua yang dialami orang di sekitarnya tidak pernah dialaminya. Padahal itu adalah hal wajar. Apalagi hal yang berlebih, Rafela tidak pernah berani berharap lagi.

Hal itu berakibat pada susahnya Rafael meyakinkan akan perasaannya terhadap gadis itu. Rafela yang merasa tak pernah beruntung, tidak percaya jika ada pria sehebat Rafael jatuh cinta padanya. Setelah dengan berbagai usaha, Rafael pun mampu menaklukkan hati Rafela. Hubungan mereka lancar dan bahagia. Diam-diam, Rafela merasa takut karena kehidupannya terlalu indah. Tidak biasanya Tuhan memberinya kehidupan seindah ini. Rafela takut jika tiba-tiba Tuhan hanya ingin membantingnya. 

Rafael terllau mencintai Rafela, sehingga membuatnya posesif. Bahkan Rafela sampai kehilangan pekerjaan yang susah payah didapatkannya karena ulah Rafael. Rafela masih memaafkan Rafael ketika pria itu menyesali perbuatannya dan berjani tidak akan mengulanginya lagi. Namun hal itu terulang lagi ketika Rafela bekerja di perusahaan cinta pertamanya dulu. Rafael takut pria itu mendekati Rafela kembali, karena memang itulah kenyataannya. Dia pun memaksa Rafela keluar dari sana. Karena rasa cinta dan logika yang masuk akal, Rafela menurutinya. Namun kesedihan itu hilang ketika Rafael melamarnya. Mereka berencana bertunangan. Mereka sangat bahagia. Sebelum mereka tahu bahwa Rafael tidak mampu menepati janjinya kembali.

Rafael memiliki pasien yang jatuh cinta padanya. Rafela menyadari hal itu, namun Rafael tidak menghiraukannya. Karena Rafael hanya mencintai Rafela. Di hari pertunangan, si pasien melarang Rafael untuk bertunangan, Bahkan dia mengancam bahwa dia akan bunuh diri. Saat itulah Rafael baru sadar firasat Rafela benar. Perasaan pasien itu tidak main-main. Tapi dia hanya mencintai Rafela. Jangankan hanya seorang pasien yang jatuh cinta padanya, maut pun akan dia lawan demi pertunangan itu. Rafael pun tetap bertunangan. Celaka, si pasien benar-benar bunuh diri dan meninggal.

Rafael sangat syok. Selama ini dia belum pernah kehilangan pasiennya. Sekali kehilangan langsung telak seperti ini. Dia tidak bisa menerima kenyataan dan terus merasa bersalah. Sikapnya mulai berubah. Pendiam, dingin, sering murung dan cepat marah. Rafela sudah bersabar, berusaha menunggu sampai rasa duka itu hilang. Namun, sikap Rafael tidak berubah dan membuat kesabaran Rafela sampai ke batasnya. Sampai akhirnya satu kalimat yang diucapkan Rafael telah menghancurkan segalanya. Rafael menyesal telah hadir di pertunangan mereka. Hancurlah semua yang telah mereka bina selama ini. Tidak terkecuali hati Rafela. 

Berminggu-minggu mereka tidak pernah bertemu, Sampai suatu hari Rafael menemui Rafela. Rafela mengira Rafael akan meminta maaf, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Rafael mengatakan bahwa dia akan ke luar negeri dan akan lama tidak kembali. Dia akan meninggalkan Rafela. Sekeping hati Rafela yang masih tersisa sekarang ikut hancur. Pria itu tidak menepati janjinya kembali., Dan kali ini benar-benar telak dan menghancurkan kehidupan Rafela. Pekerjaan dia sudah tidak punya, Rafael pun meninggalkannya. Rasa cinta pun berubah menjai kebencian seketika. Namun apa yang bisa dia perbuat, kecuali membiarkan air matanya menambah perih rasa sakitnya.

Satu tahun berlalu sejak Rafael meninggalkan Rafela. Setelah lama merenung, dia pun sadar akan kesalahan terbesarnya yang telah menghancurkan hati gadis yang sangat dicintainya itu. Dia tidak sempat mengontak gadis itu karena kecelakaan yang dialaminya. Tapi sekarang dia sehat dan telah melanjutkan studinya dengan baik, dan dia memutuskan untuk kembali dan mohon maaf pada Rafela. Sayang, dia tidak bisa menemukan Rafela. Mereka semua pindah rumah, bahkan paman Rafela yang direktur RS tempat Rafael bekerja pun mengundurkan diri. Satu info yang didapat Rafael dari temannya yang bekerja di RS itu, bahwa tepat saat kepergian Rafael ke luar negeri, Rafela mengalami kecelakaan fatal yang membuat kepalanya terluka parah dan koma selama berbulan-bulan. Tidak ada yang tahu kondisi selanjutnya karena semua informasi tertutup. Hanya dokter yang bersangkutan saja yang tahu.

Mati-matian Rafael mencari Rafela sampai dia mengetahui keberadaan gadis itu. Namun yang dihadapannya bukanlah Rafela yang dulu. Fisiknya memang Rafela, namun gadis itu seperti seorang anak kecil yang bahkan mengeja namanya saja tidak bisa. Sakit sekali hati Rafael menyaksikan akibat dari perbuatannya. Rafela kehilangan seluruh memorinya termasuk memori jangka panjang. Semuanya hilang dan dia kembali seperti anak kecil. Luka di kepala sudah sembuh. Cedera otaknya sudah hilang. Namun, jiwa Rafela lah yang masih menyembunyikan ingatannya. Jiwa itu masih belum kuat untuk menghadapi memori paling menyakitkan yang dialami Rafela di mana itulah titik awal dari segalanya. Tentu saja memori itu adalah luka yang digoreskan Rafael di hati Rafela. Masih terlalu sakit bagi Rafela untuk mengingatnya kembali. Namun, ada satu keuntungan yang Rafael dapat, Rafela tidak membencinya saat ini. Gadis itu tersenyum manis dan ramah padanya. Dia bilang otaknya tidak mengingat Rafael, namun hatinya mengenali Rafael sebagai kekasihnya dulu. Rafael semakin sedih. Dia tidak yakin apakah Rafela masih bisa tersenyum seperi itu setelah mengetahui apa yang telah Rafael lakukan padanya. Namun, dia bertekad akan membuat Rafela menemukan kembali ingatannya sekalipun nanti Rafela akan sangat membencinya.

Karena terapi dan bantuan Rafael serta tekad Rafela, tiba-tiba Rafela menemukan kembali semua ingatannya yang tadinya hanya sepotong-sepotong. Rasa sakit menghujam hatinya, namun dia berusaha tetap tegar. Dia tidak bisa tinggal diam. Dia ingin membalas sakit hatinya. Dia tidak mengatakan pada siapapun tentang hal ini. Padahal dia akan segera menikah dengan rafael. Rafela yakin Rafael menikahinya karena rasa bersalah dan kasihan. Dia berencana untuk melanjutkan pernikahan ini dan membawa dirinya ikut hancur bersama Rafael.

Setelah pernikahan, Rafela mengaku  pada Rafael. Rafael tidak terkejut karena dia sendiri sudah tahu. Namun, dia tidak tahu kenapa Rafela melanjutkan pernikahan mereka. Oleh karena itu Rafael ingin mengikuti ke mana arah permainan Rafela. Rafela mengibarkan bendera perang, Rafael pun mengikutinya. Dia juga tidak ingin diam saja.Rafael ingin menunjkkan pada Rafela bahwa dia benar-benar mencintainya. Awalnya Rafael menyangka bahwa Rafela hanya akan menyakitinya saja. Ternyata dia salah, Rafela juga menyiksa dirinya dengan pernikahan mereka yang bagaikan neraka.  Dengan begitu, rasa sakit Rafael akan menjadi dua kali lipat. Pertengkaran-pertengkaran pun terus terjadi. Tidak ada komunikasi yang baik di antara mereka. Dan Rafela berhasil membuat rasa sakit Rafael menjadi dua kali lipat. Namun dia juga sangat menderita. Rafael tidak tahan lagi melihat penderitaan Rafela. Dia memaksa Rafela untuk menyerah, tapi gadis itu tidak berhenti. Rafael akhirnya menyerah, jika satu bulan lagi gadis itu tidak berhenti, maka dia akan melepaskan Rafela. Keajaiban datang. Karena rasa cinta yang masih ada, dan sikap Rafael yang begitu sabar, membuat hati Rafela pun luluh. Sudah cukup pembalasan darinya. Dia melihat banyak luka yang telah dialami Rafael. Dan Rafael masih tetap mencintainya. Pernikahan neraka mereka pun berubah menjadi pernikahan sesungguhnya. Rafela telah menjadi istri Rafael seutuhnya. 

Kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Tiba-tiba datang seorang wanita dari masa lalu Rafael menghancurkan rumah tangga mereka. Wanita itu dulu hanyalah tempat pelarian Rafael saat Rafael berpisah dari Rafela. Dia tidak menyangka kalau wanita itu tiba-tiba datang dan menghancurkan segalanya. Runtuhlah seluruh kepercayaan Rafela pada Rafael yang susah payah dia bangun kembali. Rafael tidak pernah menepati janjinya. Rafela pun tidak tahan dan meninggalkan Rafael. Rafael berusaha memohon Rafela untuk kembali padanya. Rafael sudah menjelaskan semuanya tapi semua itu tidak membantu. Sudah terlalu banyak janji yang diingkari Rafael. Rafela sudah lelah. Dia sangat mencintai suaminya itu. Namun dia tidak bisa lagi mempercayakan dirinya pada lelaki itu. Sudah terlalu banyak luka yang digoreskan Rafael padanya.

"Jika kau mengucapkan seribu janji, maka seribu kali pula aku tidak bisa mempercayaimu. Untuk apa mempertahankan pernikahan seperti itu?" ucap Rafela saat Rafael memohon padanya.
"Apa kau benar-benar tidak menginginkanku lagi?" tanya Rafael untuk yang terakhir kalinya.
Rafela hnaya menggelengkan kepalanya, tanpa mampu berkata apapun untuk menahan air matanya. 

Rafael tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Dia sudah kehilangan kepercayaan rafela karena perbuatannya sendiri. Seberapa besarpun cintanya pada Rafela, namun takdir tidak pernah mengijinkannya bersama gadis itu. Mungkin Tuhan tidak memberi simpul pada benang merah yang mengikat mereka berdua, sehingga mereka tidak pernah bersatu.