Senin, 17 Maret 2014

REVIEW FILM TIGA HARI UNTUK SELAMANYA

Film ini sebenernya udah gue tunggu-tunggu dari gue kelas 2 SMA, tahun 2007. Karena gue ga bisa nonton di bioskop, jadinya gue nungguin tu VCD orinya keluar. eh, ternyata tu film ga keluar VCD (gue ga tahu ya di tempat lain), tapi gue udah nyari-nyari di mana-mana ga ada. Gue ampe kepikiran kalau ni film ga jadi ditayangin di bioskop. Akhirnya lama-lama gue lupa am ni film. nah, baru kemaren, gue inget lagi. trus gue nyari softcopy nya dan ternyata ada. Dan ternyata feeling gue ga salah. Ni film emang keren abis.

Tiga hari untuk selamanya menceritakan tentang perjalanan panjang Yusuf dan sepupunya, Ambar, dari Jakarta ke Jogja untuk menghadiri pernikahan kakak Ambar. Nah dalam perjalanan lewat jalur darat itu, mereka menemui hal-hal baru dan unik yang tidak mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Awalnya Ambar mengajak Yusuf untuk maen ke Bandung. Di sana mereka ke tempat anak Band teman Ambar yang kehidupannya penuh dengan drugs, ganja, narkotik, sex bebas dan segala macam kehidupan malam. Kemudian waktu nyampe tegal, mereka mampir ke suatu kampung nelayan buat makan siang. Di sana mereka merasakan suatu kampung yang masih kental akan mistis. Bahkan Yusuf pun nyaris kena sihir misitis dari penari ronggeng. Dan masih banyak lagi peristiwa-peristiwa yang mereka alami selama perjalanan. mereka pun sempat bertengkar hebat di tengah perjalanan.

Cerita film ini sebenarnya simpel, tapi sangat mengena. Banyak pesan moral yang kita dapat dari percakapan ringan antara Yusuf dan Ambar. Dialognya juga seperti kehidupan sehari-hari, ga kayak maen film. Bener-bener natural, ringan, tapi bermakna, ga sampah. Cuma emang sih banyak hal yang ga baik yang ga layak ditayangkan di televisi umum. Misalnya ngerokok pakai ganja, cara bikin rokok ganja. Hampir sepanjang film Yusuf selalu ngerokok dan bikin rokok ganja. Ada juga saat mereka ngefly habis nge-drugs. Makanya film ini ga terlalu ramai dibicarakan karena banyak yang harus disensor.

Tapi kita ga boleh lihat sisi negatifnya aja. Banyak juga sisi positif dari film ini. Seperti yang udah gue sebutin tadi, kalau banyak pesan moral yang kita dapat. Seperti saat Yusuf marah sama Ambar karena Ambar ga sopan ama orang yang lebih tua. Apalagi orang itu udah ngebantu mereka. Ambar yang selama ini dibesarkan di lingkungan konglomerat dan menilai segalanya pakai uang, sama sekali tidak pernah berterima kasih dan menghargai bantuan orang. Dan dia selalu menuntut segalanya harus sesuai dengan keinginannya.Yusuf yang memiliki sifat berbeda dengan Ambar berusaha menasehati saudaranya itu untuk bersikap lebih baik dan tidak manja. Dia menyuruh Ambar untuk bisa menerima kondisi mereka saat ini, saat mereka sedang dalam perjalanan jauh dan segala hal dalam kondisi minim. Di sini kita juga diajarkan untuk memikirkan masa depan kita. Di saat umur kita di antara 18-20 tahun, maka kita harus berhenti untuk bermain-main dan mulai memikirkan masa depan kita. Ambar yang lulus SMA harus memikirkan di mana dia akan melanjutkan pendidikannya dan ingin menjadi apa dirinya nanti.

Selain pesan moral, setting film ini juga keren abis. Bener-bener perjalanan Jakarta-Jogja, ga bohongan. Jalan yang naik turun gunung, lewat sawah-sawah, kota-kota pinggiran pantura dengan toko-toko kecil sepanjang jalan. Bahkan waktu nyampai pesisir pantai juga banyak kapal-kapal nelayan. Trus dilihatin juga ada kecelakaan mobil masuk jurang. mengingatkan kita untuk mengendarai mobil hati-hati. Pokonya keren abis deh. Cuma nonton aja udah ngerasa melakukan perjalanan beneran. 

Masalah romannya, ada sih. Tapi kalau ngomongin soal romannya,  maka critanya jadi sad ending. Karena perjalanan 3 hari itu, maka antara Ambar dan Yusuf timbul perasaan lebih dari saudara. Tapi karena mereka masih saudara sepupu, jadi masing-masing cuma memendam perasaannya dalam hati aja. Apa lagi ga lama setelah itu Ambar pergi kuliah ke Inggris. Trus Yusufnya juga punya pacar.Udah deh..
Pokoknya two tumbs deh buat Mira Lesmana ama Riri Riza. Film bikinan mereka emang ga pernah ngecewain.