Kamis, 15 Juni 2023

KISAH PUTRI KERANG DAN DEWA PERANG (From Till The End of The Moon)

Pada masa 10.000 tahun yang lalu, di dasar Sungai Mohe, berdirilah sebuah Kerajaan Kerang yang bertugas untuk menjaga kejernihan dan ketenangan air di sungai Mohe, sehingga manusia bisa memanfaatkan air sungai itu. Kerajaan Kerang dihuni oleh para siluman kerang, dimana Raja Kerang adalah pemimpinnya. Raja Kerang sangat baik hati dan bijaksana, sehingga kehidupan di Kerajaan Kerang sangatlah makmur. Raja Kerang selalu menjaga energi posistif dan menjaga jarak dari kerajaan iblis, supaya para siluman kerang tidak terpengaruh kekuatan jahat dari kaum iblis. Sayangnya, tidak semua siluman kerang memiliki Inti Dewa, yang bisa membuat mereka naik ke nirwana untuk menjadi dewa jika rajin berkultivasi. Sehingga para 'kaum atas' atau kaum yang hidup di alam dewa, selalu menganggap rendah kaum siluman di Kerajaan Kerang.

Raja Kerang memiliki seorang putra dan seorang putri. Putra pertamanya bernama Sang Yu, dimana nanti dia akan mewarisi tahta Raja Kerang. Putri bungsunya bernama Sang Jiu. Sang Jiu adalah putri yang sangat disayangi oleh Raja Kerang dan Pangeran Sang Yu. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik, lemah lembut, polos dan baik hati. Sang Jiu adalah satu-satunya siluman kerang yang lahir dengan inti dewa di dalam tubuhnya. Sehingga, ayahnya berharap suatu saat Sang Jiu bisa pergi ke nirwana untuk menjadi Dewi setelah cukup berkultivasi. 

Saat ini sedang terjadi perang besar-besaran antara kaum dewa dengan kaum iblis. Kaum iblis ingin mengancurkan dan menguasai seluruh dunia dengan kejahatan, sehingga kaum dewa berusaha mencegah dan melindungi seluruh dunia. Perang untuk memerangi kaum iblis dipimpin oleh seorang dewa perang bernama Ming Ye. Sebelum menjadi dewa perang, Ming Ye adalah siluman ular naga. Namun karena dia rajin berkultivasi, dia bisa meningkatkan kemampuannya kemudian menjadi seorang Dewa Perang dan dia menggantikan Dewa Perang sebelumnya, Tian Hao. Tian Hao memiliki seorang putri bernama Tian Huan. Sebelum meninggal, Tian Hao meminta Ming Ye untuk membiarkan Tian Huan tinggal di istana Dewa Perang dan menjaganya. Ming Ye dan Tian Huan sangat dekat, sehingga Tian Huan menyimpan perasaan khusus untuk Ming Ye.

Selama perang berlangsung, Sang Jiu diam-diam sering pergi ke permukaan untuk melihat perang antara kaum dewa dan kaum iblis. Dari sana, Sang Jiu melihat keberanian dan kehebatan Ming Ye dalam memerangi kaum iblis. Sang Jiu sangat mengagumi Ming Ye dan akhirnya jatuh cinta pada Ming Ye. Suatu hari, Ming Ye terluka parah dan terjatuh ke perairan Mohe. Tian Huan berusaha menolong Ming Ye, namun mereka berada di dasar perairan. Tanpa sengaja mereka bertemu Sang Jiu lalu Tian Huan meminta pertolongan pada Sang Jiu. Mengetahui Ming Ye terluka parah, Sang Jiu pun membawa mereka ke Istana Kerang dan menyembunyikan mereka. Saat Sang Jiu pergi untuk mencari pertolongan, Tian Huan berusaha mencuri inti dewa di Kerajaan Kerang untuk menolong Ming Ye. Setelah berhasil mengeluarkan inti dewa dari Kerajaan Kerang dan memasukkannya ke tubuh Ming Ye, Tian Huan kehilangan seluruh energinya dan tidak sadarkan diri. Saat Sang Jiu kembali, dia sangat terkejut karena inti dewa telah diserap dan masuk ke tubuh Ming Ye. Raja Kerang sangat marah pada Sang Jiu. Karena inti dewa digunakan untuk menjaga kejernihan dan ketenangan air Mohe. Jika inti dewa menghilang, maka sungai Mohe akan keruh dan akan terjadi gelombang yang tidak terkendali. Merasa bersalah karena membawa Ming Ye ke Kerajaan Kerang, Sang Jiu akhirnya mengeluarkan inti dewa di dalam tubuhnya untuk menggantikan inti dewa yang diserap Ming Ye. Raja Kerang sangat terkejut dan bersedih, karena itu berarti Sang Jiu tidak akan bisa menjadi Dewi.

Setelah Ming Ye sadar, Raja Kerang meminta pertanggungjawaban Ming Ye atas hilangnya inti dewa dari dalam tubuh Sang Jiu. Dia meminta Ming Ye untuk menikahi Sang Jiu dan membawanya hidup di alam Dewa. Dengan begitu, meskipun tidak memiliki inti dewa, jika Sang Jiu hidup dengan energi dewa Ming Ye dan rajin berkultivasi, maka masih ada kemungkinan untuknya menjadi Dewi. Ming Ye awalnya menolak permintaan itu, karena dia sendiri tidak tahu bagaimana inti dewa kerajaan kerang bisa terserap tubuhnya. Tapi, karena memang Sang Jiu telah berkorban untuk menyelamatkan nyawanya, maka Ming Ye harus membayar hutang itu dan bersedia menikahinya.

Setelah Sang Jiu menikah dengan Ming Ye dan dibawa ke istana Dewa Perang, hidupnya tidak seindah yang dibayangkan. Semua penghuni istana Dewa Perang meremehkannya dan menganggapnya rendah karena dia hanya seorang siluman kerang. Semua orang, termasuk pelayan menggunjingnya dan berkata dia tidak pantas menjadi Nyonya di Istana Dewa Perang. Mereka berpikir satu-satunya wanita yang cocok menjadi istri Ming Ye adalah Tian Huan. Tidak ada satupun orang yang bersikap baik padanya Sang Jiu, termasuk Ming Ye. Sejak menikah, Ming Ye tidak pernah memperlakukan Sang Jiu dengan baik. Ming Ye selalu bersikap dingin dan tak acuh pada Sang Jiu. Dia tidak pernah mengajak Sang Jiu berbicara, kecuali saat memarahinya. Setiap pulang kerja, Ming Ye selalu menghabiskan waktunya di kamar Tian Huan untuk melihat kondisi Tian Huan yang belum sadarkan diri. Sang Jiu sangat sedih akan perlakuan itu, namun dia tetap bertahan karena saat dia memutuskan untuk bersedia menikah dengan Ming Ye, dia pun siap dengan segala konsekuensinya.

Seratus tahun pun berlalu sejak pernikahan mereka. Namun, sikap Ming Ye pun tidak pernah berubah terhadap Sang Jiu. Perang antara kaum dewa dan kaum iblis semakin memanas. Posisi kaum dewa sangat kritis, karena kekuatan dewa iblis memang tak terkalahkan. Akhirnya para dewa pun menyusun misi yang sangat beresiko tinggi. Mengetahui misi nya adalah misi bunuh diri, Ming Ye tidak ingin membuat Sang Jiu menjadi janda di istana dewa perang selamanya. Dia pun menceraikan Sang Jiu dan mengusirnya secara sepihak. Sang Jiu sangat bersedih dan meminta penjelasan Ming Ye. Namun, Ming Ye tidak memberi penjelasan apa-apa. Dengan hati yang terluka, Sang Jiu pun meninggalkan istana Ming Ye.

Sang Jiu tidak berani kembali ke Istana Kerang karena takut ayahnya sedih. Dia pun tinggal di sebuah pondok di hutan bambu dekat sungai Mohe. Selama tinggal di sana, Sang Jiu pun tetap mendengar kabar dari dunia atas, terutama dari istana Dewa Perang. Dia mendengar bahwa Tian Huan telah sadar dan Ming Ye memberinya banyak hadiah. Meskipun dalam hati Sang Jiu cemburu, tapi jika itu memang yang diinginkan Ming Ye, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Perang besar-besaran antara kaum Dewa dan kaum iblis pun berlangsung. Dengan pengorbanan para Dewa, Dewa Iblis pun mampu dimusnahkan, namun semua Dewa telah gugur dalam peperangan itu. Termasuk Ming Ye pun menghilang. Sang Jiu pun mendengar kabar itu. Salah satu siluman burung memberitahunya bahwa dia melihat Ming Ye terjatuh di air lemah. Tanpa pikir panjang, Sang Jiu segera masuk ke air lemah untuk mencari Ming Ye. Dia tidak peduli akan rasa sakit yang begitu menyakitkan saat tubuhnya terkena air lemah. Air lemah sangat kuat bahkan mampu melenyapkan tubuh Dewa sekalipun. Setelah menyelam beberapa hari, Sang Jiu berhasil menemukan Ming Ye dan menyelamatkannya. Tubuh Sang Jiu sendiri terluka parah karena air lemah itu. Bahkan kulitnya hampir transparan. Tapi dia tidak memperdulikan dirinya. Dia hanya memikirkan bagaimana dia merawat Ming Ye supaya Ming Ye bisa sembuh dari luka yang sangat parah. 

Siang malam sang Jiu merawat Ming Ye, mengobati luka Ming Ye. Namun, Ming Ye tidak kunjung sadar. Bahkan sampai 7 tahun berlalu, barulah Ming Ye tersadar dari tidur panjangnya. Saat Ming Ye bangun, dia tidak bisa melihat maupun mendengar. Karena lukanya yang terlalu parah, sepertinya tubuh Ming Ye masih butuh waktu untuk benar-benar pulih. Kondisi Ming Ye ini merupakan keuntungan bagi Sang Jiu. Karena jika Ming Ye mengetahui bahwa seseorang yang menolongnya kali ini adalah Sang Jiu, Ming Ye pasti marah, karena Ming Ye sangat membencinya. Dia pun tidak memberi tahu Ming Ye akan identitasnya.

Hari-hari pun berlalu. Ming Ye mulai menyadari bahwa seseorang yang menolongnya adalah seorang wanita karena tangannya sangat kecil. Dia pun mulai akrab dan nyaman tinggal bersama penolongnya itu. Lama-lama pendengaran dan penglihatan Ming Ye mulai pulih. Suatu hari saat Sang Jiu menyisir rambut Ming Ye di halaman pondok sambil berjemur, tiba-tiba penglihatan Ming Ye kembali. Betapa terkejutnya Ming Ye saat melihat seseorang yang menolongnya selama ini adalah Sang Jiu. Istri yang selama ini telah disakitinya dan diceraikan secara sepihak olehnya, justru merawat dan menolongnya dengan begitu tulus. Tanpa sadar air mata Ming Ye pun menetes. Dia tidak menyangka Sang Jiu memiliki hati yang begitu baik. Sikap buruk Ming Ye selama 100 tahun justru dibalas kebaikan oleh Sang Jiu. 

Sang Jiu terkejut melihat Ming Ye tiba-tiba menangis. Namun, Ming Ye tidak mengatakan bahwa dia telah bisa melihat. Karena dia yakin, Sang Jiu akan kabur jika tahu Ming Ye mengenalinya. Karena Sang Jiu mengira Ming Ye sangat membencinya. Sejak saat itu tumbuhlah suatu perasaan yang sangat kuat di dalam hati Ming Ye. Bahkan Ming Ye pun berpikir untuk tetap hidup di sini dengan tenang bersama Sang Jiu. Toh, Dewa Iblis sudah tidak ada lagi. 

Tian Huan dan tentara langit akhirnya menemukan keberadaan Ming Ye. Mereka pun mendatangi pondok Sang Jiu untuk menemui Ming Ye dan membawa Ming Ye pulang. Awalnya Ming Ye meminta untuk menunggu si pemilik rumah yang sedang pergi memetik tanaman obat pulang. Namun, Tian Huan beralasan ada kondisi mendesak sehingga Ming Ye tidak boleh menunggu lagi. Akhirnya Ming Ye pun meninggalkan surat untuk Sang Jiu kemudian pergi. Diam-diam, Tian Huan kembali ke pondok untuk melihat surat yang ditinggalkan Ming Ye. Dari sana, Tian Huan tahu bahwa pemilik pondok itu adalah Sang Jiu. Di dalam surat Ming Ye meminta Sang Jiu untuk menunggunya karena dia akan kembali dalam waktu seminggu. Tian Huan kesal lalu membakar surat itu.

Sekembalinya ke rumah, Sang Jiu tidak menemukan Ming Ye. Dia pun mencarinya ke mana-mana namun tidak menemukannya. Juga tidak ada pesan yang ditinggalkan. Sang Jiu pun menunggu Ming Ye. Namun, sampai beberapa hari berlalu, Ming Ye tidak kunjung kembali. Sang Jiu pun sedih. Mungkin Ming Ye sudah tahu identitas dirinya, sehingga dia pergi. Pada akhirnya, dia pun dicampakan Ming Ye lagi. Tiba-tiba siluman burung mendatanginya dan mengatakan bahwa istana Kerang diserang oleh tentara langit. Sang Jiu pun segera kembali ke Istana Kerang untuk melihat kondisi di sana. Sayang, beberapa saat setelah kepergian Sang Jiu, Ming Ye pun kembali untuk menepati janjinya. Tapi dia tidak menemukan Sang Jiu. Ming Ye pun kecewa, karena ternyata Sang Jiu tidak mau menunggunya. 

Betapa terkejutnya Sang Jiu saat melihat Kerajaan Kerang telah hancur. Seluruh penduduknya dibantai. Dia mencari ayahnya, dan ternyata ayahnya pun sudah meninggal. Dia pun mengambil mutiara di tangan ayahnya, di mana dia bisa melihat apa yang terjadi sebelumnya. Tian Huan membawa tentara langit untuk menyerang Kerajaan Kerang dengan tuduhan bahwa kerajaan kerang bekerja sama dengan kaum iblis. Sehingga mereka semua dibantai, termasuk ayahnya. Kakak Sang Jiu, Sang Yu masih hidup namun terluka parah. Kali ini Sang Jiu sudah kehilangan kesabaran. Hatinya sangat sakit dan kecewa. Selama ini dia selalu berbuat baik pada Ming Ye dan kaumnya, tapi justru balasan mereka seperti ini. Mereka menginjak-nginjak kaum kerang bahkan membantainya. Sang Jiu marah dan ingin membalas dendam. Dendam dan amarah yang besar ini telah membuatnya menyerap kekuatan iblis. Sang Jiu pun berubah menjadi iblis lalu pergi ke alam dewa untuk membuat perhitungan.

Di istana Dewa Perang, Sang Jiu membunuh beberapa tentara langit dan menyerang Tian Huan. Dia pun mengambil inti Dewa dari tubuh Tian Huan dan menghancurkannya. Tian Huan sangat kesakitan. Ming Ye pun mendengar kejadian ini dan segera mendatangi Sang Jiu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Sang Jiu sudah berubah menjadi iblis. Dia pun berhasil melumpuhkan Sang Jiu dengan membuatnya pingsan. Sang Jiu pun dikurung di penjara Istana Ming Ye. Ming Ye kemudian menyelidiki apa yang terjadi, dan mengetahui Tian Huan telah menuduh sepihak Kerajaan Kerang dan melakukan pembantaian. Pantas saja Sang Jiu marah besar. 

Para Tetua mendesak Ming Ye untuk menghukum Sang Jiu karena telah membunuh beberapa tentara langit dan menjadi iblis. Tapi Ming Ye berusaha untuk membela Sang Jiu dan membuatnya lepas dari hukuman. Bagi Ming Ye, Sang Jiu masih bisa kembali karena dia baru saja menjadi iblis. Dia berencana membujuk Sang Jiu untuk bertobat kemudian mengajaknya hidup bersama di pondok hutan bambu. Untuk Tian Huan, dia sudah sama saja dihukum dengan kehilangan sumsum dewanya. Kehilangan sumsum dewa akan membuatnya kesakitan seumur hidup dan dia juga tidak bisa menjadi dewi. Tian Huan terus menerus berteriak kesakitan di dalam kamarnya meminta pertolongan Ming Ye. Tapi Ming Ye tidak memperdulikannya, karena itu adalah hukuman yang harus diterimanya.

Sang Jiu kabur dari penjara Ming Ye dengan membunuh beberapa penjaga. Ming Ye pun mengejarnya. Ming Ye memohon pada Sang Jiu untuk kembali kepadanya dan memulai hidup baru. Namun Sang Jiu sudah terlanjur membenci Ming Ye. Dia tidak ingin melihat Ming Ye lagi. Hatinya sudah hancur. Sang Jiu tetap pergi meninggalkan Ming Ye. Ming Ye pun kehilangan jejak Sang Jiu. Selama satu bulan Ming Ye berkelana untuk mencari keberadaan Sang Jiu. Akhirnya dia menemukan di mana Sang Jiu berada. Sang Jiu tinggal di dalam gua bersama siluman serigala, bersama Shou Ju. Walaupun Ming Ye cemburu, tapi Ming Ye membiarkannya, karena Sang Jiu terlihat lebih tenang. Ming Ye hanya mengawasi Sang Jiu diam-diam tapi tidak pernah muncul di hadapannya. Karena Ming Ye tahu Sang Jiu masih sangat membencinya. 

Sang Jiu berusaha melupakan masa lalu dan fokus untuk membangkitkan kembali penduduk kerajaan kerang. Karena kakaknya masih hidup meskipun kondisinya parah, dia berpikir bahwa masih ada harapan untuk Kerajaan Kerang bisa bangkit kembali.  Akan tetapi, hidup memang sangat kejam pada Sang Jiu. Tian Huan yang kesal karena kehilangan sumsum dewanya, justru membawa tentara langit dan membunuh Sang Yu. Mengetahui hal ini, amarah Sang Jiu semakin tidak terkendali. Dia pun membunuh Tian Huan. Kekuatan iblisnya semakin besar bahkan Ming Ye sudah tidak mampu menenangkannya. Tapi Ming Ye tetap sabar dan tidak menyerah untuk membujuk Sang Jiu. Bahkan saat Sang Jiu menusuknya dengan pedang pun, Ming Ye tidak menghindar. Karena luka yang dialaminya saat ini tidak sebanding dengan luka yang telah dia berikan pada Sang Jiu. Sang Jiu yang terkejut pun berhenti menyerang Ming Ye kemudian meninggalkannya. 

Tapi sayangnya, kekuatan iblisnya semakin tidak terkendali. Dia semakin dan semakin ingin membunuh lebih banyak lagi. Dia pun berkelana dan membunuh banyak makhluk langit. Ming Ye khawatir, jika seperti ini terus, lama-lama langit akan memberinya hukuman petir. Tidak ada yang bisa lolos dari hukuman petir sampai tubuh dan jiwanya tercerai berai. Kekhawatiran Ming Ye pun terjadi. Sang Jiu terkena hukuman petir. Ming Ye berpikir mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengungkapkan perasaannya. Dia pun meminta maaf pada Sang Jiu, karena selama 100 tahun, alih-alih memberinya bunga atau hadiah, justru Ming Ye hanya memberinya rasa sakit. Dia bilang bahwa dia tidak tahu cara mencintai Sang Jiu. Namun, saat Ming Ye sadar, Sang Jiu sudah tidak menginginkan apa-apa lagi. Itu sebabnya, untuk menebus kesalahannya, Ming Ye berusaha menggantikan Sang Jiu menerima hukuman petir itu. Dia akan memberikan sumsum dewa nya untuk Sang Jiu supaya Sang Jiu tidak menjadi iblis lagi. Karena sesungguhnya, Sang Jiu bukanlah seorang iblis. Namun, ketidakmampuan Ming Ye untuk menjadi suamilah yang membuat Sang Jiu menjadi iblis. Akan tetapi,  Sang Jiu menolaknya karena semua sudah terlambat. Karena perbuatannya, Sang Jiu telah ditakdirkan untuk tidak bisa menghindari hukuman petir. Tapi dengan begini, dia justru bisa berkumpul kembali dengan ayahnya, kakaknya dan penduduk Kerajaan Kerang. Sang Jiu pun pasrah menerima hukuman. Tubuh dan jiwanya tercerai berai dan menghilang. Hanya tertinggal cangkang kerang kecilnya. Ming Ye menangis sambil memeluk cangkang kerang Sang Jiu.

Sepeninggal Sang Jiu, Ming Ye berkelana untuk mencari cara menghidupkan kembali Sang Jiu melalui cangkang kerangnya. Tapi semua ahli yang ditemuinya berkata itu tidak mungkin. Sampai suatu saat ada ahli yang mengatakan masih ada kemungkinan kecil dengan suatu cara. Ming Ye pun melakukan cara itu dengan harapan Sang Jiu bisa kembali. Setiap hari dia memperlakukan cangkang kerang Sang Jiu dengan penuh kasih sayang. Dia pun membelikan berbagai perhiasan dan pakaian yang indah untuk Sang Jiu, untuk menebus 100 tahun yang telah disia-siakannya. Namun, sampai 1000 tahun berlalu, usaha Ming Ye tidak membuahkan hasil. Dia pun pergi ke sungai Mohe yang sekarang airnya sangat keruh dan berbau. Ming Ye sadar semua ini terjadi karena ketidakmampuannya menjadi seorang suami. Dia sangat merindukan Sang Jiu, namun dia tidak bisa menemuinya lagi. Akhirnya Ming Ye memutuskan untuk menghabiskan seluruh kultivasinya dengan menjaga sungai Mohe dan merubah kenangannya bersama Sang Jiu menjadi sebuah mimpi. Sehingga Ming Ye bisa terus menerus bertemu Sang Jiu dengan memutar kembali mimpinya. Ming Ye pun terus bermimpi dan tidak pernah terbangun sampai akhir hayatnya.