Kamis, 13 September 2012

FanFict (Kyuhyun Super Junior)- WAITING FOR YOUR LOVE- PART 4


Awal musim gugur. Daun-daun mulai berguguran mengotori halaman sekolah. Membuatku harus menyapunya supaya bersih. Ya, gara-gara peristiwa tadi pagi, aku harus membersihkan halaman sekolah seusai jam pelajaran sebagai hukumannya. Sial! Gara-gara gadis yang tidak jelas asal usulnya itu. Siapa sih dia? Bahkan tidak ada yang menyadari keberadaannya. Semenjak sekolah dimulai di awal musim semi, sampai sekarang, aku baru sadar kalau dia ada di kelasku. Aku harus membuat perhitungan dengannya. Belum tahu dia siapa Cho Kyuhyun. Berani mencari masalah denganku? Tunggu saja akibatnya.
          “Teman, perlu bantuanku?” tiba-tiba Changmin sudah ada di dekatku. Entah dari kapan dia ada di sini? Aku terlalu sibuk memikirkan gadis itu.
          “Apa yang kau pikirkan sampai kau tidak sadar aku ada di sini? Pasti kau memikirkan gadis itu, kan?” tebak Changmin.
          “Aku benar-benar tidak habis pikir. Berani sekali dia berbuat seperti itu? Bahkan dia bukan orang penting di sekolah ini. Bahkan aku sampai tidak sadar kalau di kelas kita ada dia,” jelasku.
          “Kau benar, kawan. Aku bahkan tidak tahu namanya. Sepertinya dia jarang berbicara. Besok aku akan cari tahu tentang dia. Kau tenang saja.”
          “Mana Minho?” tanyaku pada Changmin.
          “Dia sedang latihan basket. Sebentar lagi kan ada pertandingan,” jawab Changmin. Minho memang kapten basket di sekolah kami. Meskipun anak mami, tapi dia jago olahraga. Mau basket, sepak bola ataupun atletik dia jagonya. Banyak sekali gadis yang mengaguminya.

          Keesokan harinya, gadis itu masuk ke kelas dengan wajah tanpa dosa. Bahkan dia sama sekali tidak berniat minta maaf padaku apalagi mohon ampun. Dia bahkan sama sekali tidak melihatku saat melewati mejaku, padahal aku sengaja terus menatapnya sejak dia memasuki kelas sampai dia duduk. Gadis ini benar-benar! Awas kau!
          Sepulang sekolah aku sengaja mengikutinya. Aku harus membuat perhitungan dengannya. Setelah keluar dari gerbang sekolah aku menarik tangannya dan membawanya ke tempat yang agak sepi.
“Lepaskan!” bentaknya sambil menghempaskan tangannya.
“hei, kau! Kau belum lupa dengan perbuatanmu kemarin kan? Kau sudah gila ya? Berani sekali kau berbuat seperti itu? Kau pikir kau siapa?” bentakku padanya. Bukannya takut, tapi gadis itu malah diam saja dan mengalihkan pandangannya.
“YA! Jawab pertanyaanku? Kau punya mulut kan?”
“Aku hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Apa ada yang salah?” jawabnya dengan suara datar dan ekspresi wajah yang datar pula seolah-olah pertanyaannya adalah ‘ jam berapa sekarang?’. Benar-benar bertolak belakang denganku yang bicara nada tinggi dan ekspresi wajah emosi.
“Apa kau tahu siapa aku, hah?” tanyaku. Tapi gadis itu hanya diam dan melangkah pergi. Aku menahannya.
“Hei kau! Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” tanyaku gusar.
Gadis itu tersenyum tipis mengejek sambil berkata, “Pentingkah itu?”
“Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kau sengaja untuk menarik perhatianku, kan?”
“Kenapa aku harus melakukannya? Menurutmu apa kau pantas? Sebaiknya pikirkan dulu sebelum kau bicara,” kata gadis itu lalu melangkah pergi lagi.
“ YA! Aku belum selesai bicara!” teriakku sambil mengejar gadis itu. Tapi tiba-tiba ada yang menahanku. Changmin dan Minho.
“Sudah Kyu. Tidak ada gunanya bicara dengan gadis itu,” kata Changmin.
“Gadis ini benar-benar membuatku kesal. Kalau saja dia laki-laki, sudah kuhajar dia,” umpatku.
“Tapi dia perempuan. Kau tidak boleh memukulnya,” balas Minho.
“Ya, kau benar. Tapi dia benar-benar orang aneh,” kataku.
“Aku sudah mencari tahu tentang dia. Namanya Go Eunjoo. Dulu dia berasal dari kelas 2F, makanya kita jarang melihatnya. Kata anak-anak, dia sangat pendiam dan aneh. Dia bahkan tidak pernah berbicara dengan teman sekelasnya. Dan dia selalu menyendiri, ” jelas Changmin.
“Pantas saja kita tidak pernah sadar keberadaannya,” timpalku.
“Tapi dia cukup berani,” kata Minho sambil tersenyum.
“Sudah, lupakan saja dia. Ayo kita pulang. Perutku sudah lapar,” ajak Changmin. Aku hanya menganguk dan pulang mengikuti mereka. Tapi yang jelas aku tidak bisa melupakannya. Gadis itu benar-benar aneh.


Dua minggu semenjak kejadian itu pun berlalu. Aku sudah mulai melupakan gadis itu karena sibuk dengan ujian tengah semester. Tapi aku tidak pernah melupakan peristiwa itu. Tentu saja, gara-gara hal itu, pihak sekolah melaporkannya kepada oang tuaku. Mereka mengenal orang tuaku karena ayahku termasuk orang penting di bidang pendidikan. Tentu saja ayahku marah besar atas perbuatanku. Sebagai hukumannya, uang jajanku dipotong 50% selama dua bulan. Benar-benar gila. Aku tidak bisa apa-apa dengan separuh uang jajanku itu. Aku protes pada ayah. Dan dia akan memberi tambahan uang jajan kalau aku bersedia menjadi guru privat matematika dari anak temannya setelah ujian berakhir. Aku tidak punya pilihan lain.
Guru Kim memasuki kelas. Dia membawa setumpuk kertas. Pasti itu hasil ujian matematika kami.
“Baik anak-anak, hari ini saya akan membagikan hasil ujian matematika kalian. Sebelumnya saya akan umumkan siapa yang mendapat nilai tertinggi. Saya kagum sekali, karena selama bertahun-tahun mengajar, baru kali ini ada murid yang berhasil mendapatkan nilai sempurna,” jelas guru Kim panjang lebar.
Anak-anak mulai ribut. Mereka menduga-duga siapa orang itu. Dan semua anak menoleh ke arahku, yakin pasti aku yang mendapatkannya. Aku juga yakin, pasti aku yang mendapat nilai tertinggi. Tapi, sepertinya kemarin ada soal yang tidak sempurna kukerjakan. Ah, tapi entahlah. Mungkin itu sudah benar. Aku tersenyum penuh keyakinan. Tapi tiba-tiba...
“Go Eunjoo. Dialah yang berhasil mendapatkan nilai sempurna. Selamat Go eunjoo. Saya bangga sekali,” kata guru Kim dengan tersenyum lebar.
APA???? Go Eunjoo? Gadis menyebalkan itu mengalahkanku dalam ujian matematika? Yang benar saja. Saat itu harga diriku bagaikan jatuh dan masuk ke dalam perut bumi. Seorang Cho Kyuhyun, si jenius matematika dikalahkan oleh gadis yang tidak jelas asal usulnya dalam ujian matematika???
Setelah kuterima hasil ujianku, ternyata nilaiku 99. Hanya terpaut 1 poin dengan gadis itu. Benar-benar menyebalkan. Kalau yang mendapat nilai sempurna itu Changmin atau Minho, Aku masih bisa terima. Tapi ini??? Benar-benar sulit dipercaya.
“Hei Kyu. Ternyata selain aneh, gadis itu pintar juga ya,” kata Changmin yang duduk di depanku. Aku makin kesal. Tapi benar juga katanya. Orang yang bisa mendapat niali 100 pada ujian guru Kim adalah orang yang benar-benar hebat. Daebak!
Pelajaran matematika pun berlangsung. Seperti biasa guru Kim memberi soal latihan di papan tulis. Bagiku, soal itu sangat mudah. Dalam sekejap, aku sudah menyelesaikannya.
“Ok anak-anak. Saya akan menunjuk seseorang untuk mengerjakan soal di papan tulis ini. Go Eunjoo? Kerjakan soal di depan ini,” perintah guru Kim pada Go Eunjoo. Tapi, tidak ada respon. Aku menengok ke belakang untuk melihatnya. Gadis itu hanya diam saja dan menatap ke depan. Tentu saja, ekspresi wajahnya datar.
“Go Enjoo, ayo kerjakan soal ini,” ulang guru Kim.
“Aku tidak mau,” jawab gadis itu tiba-tiba. Aku kaget sekali.
“Apa kau bilang?” tanya guru Kim yang terkejut juga.
“Aku tidak mau,” jawab gadis itu lagi. Ekspresi wajahnya masih tetap datar.
“Kenapa kau tidak mau?”tanya guru Kim mulai marah.
“Karena aku tidak bisa,” jawab Eunjoo.
“Kau tidak bisa?”
“Ya, aku tidak bisa mengerjakan soal itu.”
“Berani sekali kau mengatakan hal seperti itu pada gurumu?” kata guru Kim marah.
Gadis itu malah menarik nafas lalu berkata,”aku benar-benar tidak bisa mengerjakannya dan aku tidak mau mengerjakannya!” Lalu gadis itu pun berdiri dan meninggalkan kelas.
Apa? Seseorang yang mendapat nilai 100 dalam ujian guru Kim tidak bisa mengerjakan soal semudah itu? Yang benar saja. Gadis itu benar-benar gila. Untuk meredakan amarah guru Kim aku menawarkan diri untuk mengerjakan soal itu.
“Guru, biar aku saja yang mengerjakannya,” tawarku.
“Ya, kau saja Cho Kyuhyun, yang mengerjakannya,” jawab guru Kim.
Aku pun maju ke depan sambil masih terus berpikir tingkah aneh gadis bernama Go Eunjoo itu. Ini benar-benar sulit dipecahkan. Bahkan lebih sulit dari soal matematika sesulit apapun.

“Kyu, besok main starcraft di rumahku. Minho sudah ijin dengan ibunya. Pasti menyenangkan,” ajak Changmin sepulang sekolah.
“Aaah, sayang sekali. Aku tidak bisa. Besok aku mulai mengajar les,” jawabku penuh penyesalan.
“Yah, jadi setiap hari minggu kau tidak bisa main dengan kami?” tanya Minho.
“Begitulah. Samapi hukuman ini berakhir,” kataku lemas.
“Siapa yang akan kau ajar?” tanya Changmin.
“Dia anak teman ayahku. Aku juga belum pernah bertemu dengannya. Katanya dia juga kelas 3 SMA seperti kita.”
“Yeoja atau namja?” tanya Changmin.
“Entahlah. Aku tidak peduli.”

Hari minggu aku datang ke rumah teman ayahku. Rumahnya sangat besar dan megah. Bernuansa klasik tapi bergaya modern. Mungkin kalian bingung membayangkannya. Aku sendiri juga bingung menggambarkannya. Sudahlah, lupakan. Anggap saja rumahnya seperti di drama-drama korea yang tokohnya kaya raya. Setelah masuk, seorang wanita setengah baya mempersilahkanku masuk ke suatu ruangan. Sepertinya perpustakaan, karena di dalamnya terdapat rak-rak yang penuh dengan buku. Bukunya bermacam-macam, mulai dari buku ilmiah, biografi, bisnis, sampai fiksi bahkan sastra klasik juga ada. Wah, mungkin paman Go-teman ayahku ini adalah seorang kutu buku. Atau ini hanya pelengkap rumah mewahnya saja? Setahuku dia adalah pengusaha minuman khas korea dan perusahaannya adalah yang terbesar di korea. Pantas saja dia kaya raya. Mungkin di sini aku akan mendapat banyak uang. Paman Go adalah orang yang baik. Pasti dia akan royal padaku.hehe
Aku duduk di salah satu kursi yang mengelilingi sebuah meja panjang di tengah ruangan. Mungkin ini adalah tempat untuk membaca buku-buku itu. Mmm, seperti apa anaknya ya? Yeoja atau namja kah? Kalau yeoja, dia pasti tuan putri yang manja dan banyak tingkah. Kalo namja, pasti dia sangat sombong dan sok. Benar-benar menyebalkan. Ayahku tega sekali. Memberi hukuman seperti ini.
Saat aku sedang sibuk berpikir tentang anak yang akan kuajar, tiba-tiba pintu terbuka dan seorang gadis berambut panjang masuk. Tunggu dulu. Sepertinya aku kenal gadis itu. Gadis yang berekspresi datar dengan tatapan mata yang tajam. Siapa lagi kalau bukan Go Eunjoo?? Tidak mungkin. Pasti aku salah lihat. Gara-gara aku kesal padanya sampai-sampai aku berhalusinasi tentangnya. Tidak mungkin. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Tapi, sepertinya aku tidak berhalusinasi. Memang Go Eunjoo yang berdiri di sana. Jadi, anak paman Go adalah Go Eunjoo? Gadis itu juga sama terkejutnya denganku. Tanpa berkata apa-apa, dia langsung berbalik meninggalkan ruangan itu.
“Tttuunggu!” kataku tergagap-gagap karena otakku masih belum bisa berpikir dengan benar. Kemudian aku mengikuti gadis itu. Dia masuk ke suatu ruangan tidak jauh dari sana dan menutup pintunya sehingga aku tidak bisa ikut masuk. Tapi aku bisa mendengar suara gadis itu dari luar.
“Apa maksud ayah?” tanya gadis itu. Sepertinya pada paman Go.
“Memangnya ada apa?” tanya balik paman Go.
“Yang kuminta adalah guru matematika yang handal dan profesional. Bukan namja amatiran seperti dia?” protesnya.
APA??? Namja amatiran? Aku? Gadis ini benar-benar kurang ajar. Awas kau ya!
“Menurut ayah tidak ada guru yang lebih baik dari Cho Kyuhyun. Dia kan juara olimpiade matematika. Dia sangat pandai. Dan dia seumuran denganmu. Jadi, kau akan lebih nyaman belajar dengannya,” jelas paman Go. Paman Go memang yang terbaik. Perdebatan pun masih berlangsung dan paman Go terus membelaku. Sebaiknya aku segera kembali ke ruangan tadi sebelum gadis itu membuka pintu dan memergokiku sedang menguping.
          Aku duduk kembali di ruangan yang mirip perpustakaan tadi. Bagaimana bisa seorang Go Eunjoo yang mendapat nilai 100 pada ujian guru Kim masih butuh les matematika? Ini benar-benar aneh. Tiba-tiba go Eunjoo masuk dan duduk di hadapanku dengan wajah ditekuk.
“Seseorang yang mendapat nilai sempurna pada ujian guru Kim meminta diajari matematika? Apa tidak salah?” tanyaku keheranan. Tapi gadis itu hanya diam saja dan mulai membuka bukunya.
“Hei, Go Eunjoo, aku bertanya padamu?” tanyaku lagi.
“Ayo, mulai belajar,” katanya tanpa menatapku.
“Nilaimu kan lebih besar dari nilaiku. Bagaimana mungkin aku mengajarimu matematika? Ini tidak masuk akal,” tanyaku frustasi.
Gadis itu menghela nafas lalu berkata,”Nilaiku memang 100, tetapi aku tidak mengerti apa yang kutulis.”
“Apa maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti,” tanyaku bingung.
“Aku menghafalnya,” jawabnya datar.
“APAAA??? Kau menghafal matematika?” tanyaku terkejut. Apa tadi dia bilang? Menghafal matematika? Ini benar-benar gila. Gadis itu menghafal matematika?? Kalau misalnya menghafal biologi, sejarah, aku masih bisa terima. Tapi ini matematika? Yang benar saja!
“Memangnya kenapa?” tanyanya seolah-olah apa yang dikatakannya adalah hal yang wajar.
“Kenapa?? Hei, kau sudah gila ya? Bagaimana bisa kau menghafal matematika? Lagi pula, dari mana kau tahu jawaban ujiannya guru Kim? Dari mana kau mendapatkannya?” tanyaku bertubi-tubi.
Gadis itu kemudian berdiri dan berjalan ke arah salah satu rak buku. Dia mengambil sebuah buku yang sangat besar dan tebal. Buku itu sepertinya cukup tua. Dia membuka salah satu halaman buku itu dan menyerahkannya padaku. Kejutan apa lagi ini? Hari ini dia sudah membuatku terkejut dua kali. Kalau ini yang ketiga kalinya, mungkin aku akan gila.
“Semua soal dan jawaban ujian guru Kim ada di sana,” katanya.
Aku membaca buku itu dan benar juga. Semua soal guru Kim ada di sana beserta jawabannya. Buku itu dalam bahasa inggris.
“Benar juga. Pantas saja soalnya sulit dipecahkan. Ini memang bukan level anak SMA. Tapi, dari mana kau mendapatkan buku ini?” tanyaku padanya.
“Entahlah. Setahuku buku itu sudah ada di sana sejak dulu. Awalnya aku tidak sengaja membacanya. Kemudian aku menemukan materi yang mirip dengan bahan ujian. Makanya kuhafal,” jelasnya. Otak warasku masih belum bisa menerima semua ini. Ini benar-benar tidak masuk akal.
Kami pun mulai belajar. Tapi aku masih belum percaya. Selama ini Go Eunjoo menghafal matematika? Mustahil.
“Selama ini kau menghafal matematika? Kau benar-benar menghafalnya?” tanyaku tiba-tiba di tengah pelajaran kami.
Gadis itu menghela nafas kesal. Kemudian dia bertanya,”Jelaskan apa itu faktor?”
“Apa? Kau tidak tahu faktor? Kau ini bertanya karena tidak tahu atau hanya mengetesku?” tanyaku heran.
“kalau aku tahu, aku tidak akan bertanya,” jawabnya.
“Jadi, selama ini kau benar-benar menghafalnya?” tanyaku lagi. Dan kali ini sepertinya dia sudah kehilangan kesabaran. Go Eunjoo tiba-tiba membanting pensil yang dipegangnya lalu berdiri.
“Kau ini mau mengajariku tidak? Kalau tidak mau sebaiknya kau pergi dari sini. Aku tidak butuh guru sepertimu!” katanya dengan nada tinggi. Sepertinya dia sangat marah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar