Minho sepertinya sudah selesai menelepon. Dia datang menghampiri aku dan Changmin. Mukanya kesal sekali.
"Kapan aku bisa hidup bebas?" desah Minho.
"Itu tandanya ibumu sangat menyayangimu. Hahaaha," ejek Changmin.
"Sial kau!" umpat Minho. Aku hanya tertawa melihatnya. Kasihan Minho. Tiba-tiba ponsel Changmin bergetar. Ada telepon masuk.
"Halo!" jawabnya.
"(jawaban dari sana)"
"Hai jessica sayang."
" (jawaban dari sana)"
"oh, maksudku Yuna. AKu cuma bercanda. masak aku tidak mengenalimu, sayang."
"(jawaban dari sana)"
"Apa? Kau Tiffany? Biyan..Biyan. Habis suaramu mirip Yuna." Hahaha. pasti Changmin kebingungan mengingat nama pacarnya saking banyaknya. Dasar!
" Kebetulan sekali, tadi aku sedang memikirkanmu," jawab Changmin mulai mengeluarkan aksinya. Sumpah, rasanya aku ingin mengeluarkan makanan yang kumakan tadi pagi. Kulirik Minho dan dia menjulurkan lidahnya seolah-olah mau muntah. Changmin terus menggombali pacarnnya itu sampai bel masuk berbunyi.
"Sayang, bel masuk udah bunyi.Benar-benar menyebalkan aku harus memutuskan telepon ini. Aku pasti akan terus merindukanmu sepanjang jam pelajaran," kata Changmin di teleponnya.
Aku benar-benar tidak tahan. Kupukul kepala si playboy itu dengan buku. Changmin mengaduh tanpa suara sambil memberi isyarat padaku untuk diam.
Jam pertama matematika. Setelah guru masuk, kami semua mengumpulkan PR. Aku melirik Sungmin dengan tatapan mengancam. Sungmin menunduk sepertinya ketakutan. Aku tersenyum mengejek. Mudah sekali menakut-nakuti orang bodoh itu. Guru Kim sedang menerangkan materi baru. Hmm, mudah sekali. Perlu diketahui bahwa aku orangnya malas belajar apa lagi membaca. Tapi aku mudah memahami materi. Aku sering mengotak-ngatik soal matematika sendiri dengan logikaku tanpa membaca buku. Hal itu sudah cukup membuatku memahami semua materi yang ada. Kulirik Sungmin. Sungmin, bersiaplah menerima pembalasanku. kukerjai kau! Kulihat guru Kim sedang menulis soal latihan.
"Ok, siapa yang mau mengerjakan soal nomor 1?" tanya guru Kim pada kami. Dengan percaya diri kuangkat tanganku.
"Ya, Cho Kyuhyun. Coba kerjakan." Aku pun maju ke depan lalu dengan mudahnya kukerjakan soal itu. Masih ada 1 soal lagi.
"Bagus Cho Kyuhyun. Jawabanmu sempurna," puji guru Kim.
"Guru, bolehkah saya menunjuk seseorang untuk mengerjakan soal yang terakhir?" tanyaku.
"Tentu saja. Siapa yang ingin kau tunjuk?"
" Lee Sungmin," kataku sambil menatapnya tajam. Aku yakin, si bodoh itu pasti kesulitan mengerjakan soal itu.
"Sungmin, cepat kerjakan soal ini," kata guru Kim. Sungmin maju ke depan dengan wajah ketakutan. Seperti dugaanku, dia tidak bisa mengerjakan soal itu. Tentu saja guru Kim marah.
"Ini kan tidak sulit. Kenapa kau tidak bisa mengerjakannya? kau tidak boleh duduk sebelum kau bisa mengerjakan soal ini dengan benar!" perintah guru Kim.
Sungmin terkejut kemudian melihatku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Aku menatapnya seolah-olah berkata "Itulah akibatnya jika berani macam-macam denganku."
"Kau kejam sekali Kyu," kata Minho.
"Aku hanya ingin menunjukkan padanya dengan siapa lawannya," jawabku enteng. "Kau sedang apa?" tanyaku pada Minho yang dari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Ibuku benar-benar gila. Tidak tahu apa aku sedang sekolah. Masih menelepon terus. Menyebalkan!" umpat Minho.
"Ibumu memang tiada duanya," ejekku.
"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Changmin penasaran yang duduk di depanku. Tapi naas bagi Changmin. Baru nengok sebentar sudah ditegur sama guru Kim.
"Shim Changmin! Apa yang kau lakukan?" teriak guru Kim pada Changmin.
hihihihi.. aku dan Minho tertawa.
Pelajaran pun berakhir. Aku menghampiri Sungmin lalu berkata,"Kau tahu kan akibatnya jika melawanku? Besok jangan lupa kerjakan PR ku kalau tidak ingin kupermalukan lagi!"
BRAAAK!!! Aku membanting buku PR matematikaku di meja Sungmin.
"YA! Lee Sungmin! Kau ingin menghancurkan nilaiku ya?!" bentakku pada Sungmin.
"Memangnya ada apa? Aku sudah mengerjakan semua PR mu," jawabnya.
" Kau tahu, semua yang kau kerjakan ini tidak ada yang benar. Kau ini tidak punya otak apa kau sengaja ingin melawanku, ha?"
"Maaf, aku tidak mengerti dengan soalnya. Kalau tidak percaya, kau bisa lihat PR ku."
"Tidak perlu. Cepat kerjakan lagi yang benar!" perintahku.
"JANGAN KERJAKAN!" tiba-tiba si gendut Shindong melarang Sungmin. "Hey, Cho Kyuhyun! Kalau kau merasa pintar, kerjakan saja sendiri PR mu! Jangan cuma bisa menyuruh Sungmin!"
"Kau berani melawanku?" tantangku pada Shindong. Semua murid yang ada di dalam kelas melihat peristiwa ini, termasuk Minho dan Changmin yang berdiri di belakangku.
"Shindong-ah, ini bukan urusanmu. Sebaiknya kau menyingkir," nasehat Minho pada Shindong.
"Bukan urusanku? Sungmin adalah temanku dan aku sudah muak dengan kelakuan si brengsek ini!!" bentak Shindong.
"Shindong, sudahlah!" rengek Sungmin.
"Apa kau bilang? kau bilang aku apa, ha?" bentakku pada Shindong sambil mencengkeram kerah bajunya.
" Kau brengsek, sialan!!"
Telingaku panas. Aku sudah siap untuk mengangkat tanganku dan memukul Shindong ketika ada suara guru Kim berteriak.
"Ada apa ini ramai-ramai?" teriak guru Kim. Aku melepaskan cengkeramanku pada Shindong. Guru Kim yang melihat kami berhadap-hadapan dengan wajah memerah karena marah bertanya.
"Kenapa kalian? Kenapa kalian bertengkar?" tanyanya. Semua orang diam tidak ada yang menjawab. Inilah kekuasaanku.
"Shindong-ah, bukannya aku tidak mau meminjamimu PR matematika. Aku hanya ingin kau belajar dengan baik. Maaf, guru Kim. Kami tidak bermaksud bertengkar. Ini hanya sedikit salah paham," jelasku dengan suara yang lemah lembut.
"Apa? meminjam PR?" tanya guru Kim.
"Tidak guru. Ceritanya tidak seperti itu. Kyuhyun lah yang memulai masalah. Dia..." Shindong menjelaskan, namu kupotong. "Shindong-ah. Aku tahu kau marah padaku. Tapi, aku mohon jangan seperti itu."
"Kau ini sudah salah masih berbohong. Shindong, kau dihukum! Ikut aku ke kantor sekarang. Yang lain kembali ke tempat masing-masing dan belajar.
Aku tersenyum tipis dan menatap Shindong dengan tatapan mengejek. Aku melirik kedua sahabatku. Minho tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Changmin mengacungkan jempolnya dan mulutnya berkata "bravo" tanpa suara. Tetapi tiba-tiba...
"Dia tidak berbohong." Aku kaget dan mencari asal suara gadis itu.
"Cho kyuhyun yang berbohong," kata gadis itu lagi. Suara tersebut berasal dari gadis yang duduk di bangku belakang. Tunggu dulu! Sepertinya gadis itu tidak asing. Bukan karena dia sekelas denganku. Aku bahkan baru sadar kalau ada dia di kelas ini.
"Dia memaksa Sungmin untuk mengerjakan PR nya dan Shindong hanya ingin membela Sungmin," jelas gadis itu. Ya, aku ingat. Dia gadis yang ada di taman kemarin. Yang lewat saat aku melempar kotak makan Shindong. Berani sekali dia. mau cari gara-gara, apa?
"Benarkah seperti itu kejadiannya?" tanya guru Kim.
"Benar. Semua orang di kelas ini melihatnya. Mereka tidak berani mengatakan yang sebenarnya karena takut pada Cho Kyuhyun. Benar kan?"
Aiish. Gadis ini benar-benar. Aku melotot ke arahnya, tapi dia malah menatapku dengan penuh kemenangan. Kulihat anak-anak yang ada di kelas itu dan semuanya mengangguk membenarkan kata-katanya. Aku sangat terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa bahkan untuk membela diriku. Sungguh, ini di luar dugaanku. Aku menatap kedua sahabatku dengan tatapan memohon pertolongan. Tapi mereka hanya bisa menggelengkan kepala, prihatin. Matilah aku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar